Parepare, Diskresi.com – Dunia jurnalistik kini memasuki fase yang penuh turbulensi. Arus informasi mengalir deras, setiap orang bisa menjadi penyebar berita, dan batas antara fakta serta opini kian kabur. Di tengah situasi ini, Prof. Dr. Ismail Suardi Wekke, Distinguished Professor dari North Bangkok University, hadir memberi pesan kuat kepada mahasiswa Jurnalistik Islam IAIN Parepare, Selasa (9/9/2025).
Baginya, jurnalisme adalah pekerjaan yang berakar pada kejujuran dan integritas. Bukan sekadar profesi, melainkan sebuah amanah.
“Jangan pernah menukar idealisme dengan kepentingan sesaat. Integritas tidak bisa dibeli. Ia adalah modal utama yang membuat seorang jurnalis dihormati,” ungkap Wekke di hadapan peserta kuliah umum yang berlangsung secara hybrid.
Dalam pandangan Wekke, tugas jurnalis jauh melampaui rutinitas menulis berita. Ia adalah penjaga akurasi, benteng terakhir dari derasnya hoaks dan misinformasi. Karena itu, ia mengingatkan mahasiswa agar tidak terjebak pada obsesi kecepatan semata.
“Verifikasi adalah nafas jurnalisme. Kecepatan tanpa akurasi hanya akan merusak reputasi, bahkan bisa melukai banyak orang,” pesannya.
Selain soal etika, Wekke mengurai tantangan lain yang tak kalah serius: tekanan politik dan ekonomi, serangan digital, hingga godaan judul-judul sensasional yang menipu pembaca. Ia menilai praktik clickbait sebagai bentuk pengkhianatan terhadap publik.
“Jangan terjebak pada trik murahan. Pembaca kita layak mendapatkan informasi yang jernih dan bermakna,” tegasnya.
Sesi kuliah umum kian hidup saat mahasiswa mengajukan pertanyaan seputar masa depan profesi ini. Menjawab kegelisahan mereka, Wekke menekankan pentingnya keberanian sekaligus kesiapan mental.
“Rasa takut itu wajar. Tetapi selama bekerja dengan data yang kuat, berlandaskan kode etik, dan mengutamakan keselamatan, tidak ada yang perlu dicemaskan,” katanya.
Kuliah umum ini tak hanya menjadi ruang akademik, tetapi juga ruang refleksi. Mahasiswa pulang dengan satu pesan utama: jurnalisme sejati bukan tentang siapa yang paling cepat, melainkan siapa yang paling dapat dipercaya.(*)