Jakarta, Diskresi.com — Tiga langkah kecil tapi berarti. Itulah loncatan Jakarta di kancah dunia. Dari posisi 74 kini naik ke peringkat 71 dalam Global Cities Index 2025 versi lembaga riset internasional Kearney — sebuah peringkat bergengsi yang menilai daya saing kota dari 158 metropolis dunia.
Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung menyebut capaian ini bukan sekadar angka, melainkan hasil nyata dari perencanaan teknokratik yang disiplin dan kolaborasi warga yang makin matang.
“Kita naik tiga peringkat berkat perencanaan matang, eksekusi cepat, dan evaluasi berbasis data. Ini buah kerja keras bersama warga Jakarta,” ujar Pramono saat membuka Jakarta Innovation Day 2025 di Thamrin 9, Jakarta Pusat, Selasa (21/10) malam.
Menurut laporan Kearney, Jakarta mencatat peningkatan signifikan pada dimensi business activity—terutama karena meningkatnya konektivitas transportasi publik dan geliat perdagangan regional yang ditopang oleh proyek MRT dan LRT. Utilisasi transportasi publik kini mencapai 91–92%, salah satu yang tertinggi di Asia Tenggara.
Kenaikan juga terjadi di dimensi human capital, berkat peningkatan akses pelatihan vokasi dan keterlibatan tenaga kerja muda dalam ekonomi digital. “Dalam 5–7 bulan, kita capai ini karena siklus perencanaan–implementasi–evaluasi yang solid. Monitoring real-time transportasi publik menjadi contoh konkret kebijakan berbasis data,” tambah Gubernur Pramono.
Namun, di balik capaian itu, masih ada ruang pembenahan. Kearney menyoroti Jakarta perlu memperkuat information exchange (adopsi digital), cultural experience (wisata berkelanjutan), dan political engagement (peran global). Tiga enabler utama juga disorot: energi terbarukan, resiliensi kota, dan talenta digital berbasis AI.
Menjawab hal itu, Pemprov DKI kini mengakselerasi pemasangan panel surya di gedung publik, memperluas ruang terbuka hijau, serta mempercepat normalisasi sungai. Langkah-langkah ini bukan hanya soal infrastruktur, tapi juga kesiapan mental warga menghadapi masa depan kota yang tangguh dan rendah emisi.
Dalam pernyataan terpisah, Staf Khusus Gubernur Bidang Komunikasi Sosial, Chico Hakim, menegaskan pentingnya partisipasi warga.
“Bapak Gubernur meyakini, tanpa keterlibatan publik, target jangka panjang sulit dicapai. Jakarta adalah kota kolaborasi,” ujarnya.
Kini, Jakarta menempati peringkat 17 dunia untuk transportasi publik, melampaui Kuala Lumpur dan Manila, dengan kenaikan utilisasi hingga 25%. “Capaian ini baru awal dari perjalanan menuju Top 50 Global City. Pemerintah tidak bisa sendiri. Pesan Bapak Gubernur jelas: libatkan warga, dunia usaha, dan kampus dalam setiap inovasi,” pungkas Chico.
Kenaikan peringkat ini seolah menjadi isyarat bahwa Jakarta tengah menulis babak baru—dari kota megapolitan yang padat menuju kota global yang inklusif, resilien, dan berdaya inovasi tinggi. (*)