Sidrap, Diskresi.com — Di bawah kepemimpinan AKBP Dr. Fantry Taherong, S.H., S.I.K., M.H., Polres Sidrap menampilkan wajah yang inklusif dan transformatif: bukan hanya sebagai aparat penegak hukum, tetapi sebagai institusi yang hadir membangun masa depan generasi muda. Semangat itu tergambar nyata dalam forum Diskusi Publik bertajuk “Mewujudkan Generasi Bangsa yang Bebas dan Bersih dari Narkoba”, yang digelar Selasa siang (29/7) di Perpustakaan Daerah Sidrap.
Kegiatan yang diinisiasi oleh aliansi BEM Nusantara Daerah Sulawesi Selatan ini menghadirkan Wakapolres Sidrap, KOMPOL Sulkarnain, S.K.M., M.Adm., SDA, sebagai narasumber mewakili Kapolres. Dalam pemaparannya, KOMPOL Sulkarnain menyampaikan pesan strategis Kapolres bahwa upaya pemberantasan narkoba tak bisa dilakukan sendiri oleh aparat—diperlukan keterlibatan semua unsur masyarakat, terutama pelajar dan mahasiswa, sebagai benteng awal.
“Kapolres Sidrap sangat menaruh perhatian serius terhadap maraknya penyalahgunaan narkoba yang mulai menyasar usia sekolah. Untuk itu, kami hadir bukan hanya membawa hukum, tapi juga membawa kepedulian, membawa ruang kolaborasi,” tegas KOMPOL Sulkarnain dalam paparannya.
Ia membeberkan fakta lapangan mengenai peredaran narkoba di wilayah hukum Sidrap—jenis-jenis narkotika yang paling umum ditemukan, area yang rentan, hingga pendekatan hukum dan operasi lapangan yang selama ini dilakukan. Namun penekanan paling kuat justru pada pentingnya edukasi dini, pendampingan psikologis, serta sinergi dengan sekolah dan komunitas kampus.
Diskusi publik ini juga menghadirkan Kepala BNNK Sidrap yang memaparkan data dan tren penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar. Ia mengulas berbagai program P4GN (Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba) serta upaya mengintegrasikannya ke dalam kegiatan-kegiatan positif pemuda.
Ketua KNPI Kabupaten Sidrap, dalam kapasitasnya sebagai representasi kepemudaan, menyampaikan tantangan generasi muda di era digital. Ia menekankan bahwa perang terhadap narkoba tak cukup hanya dengan slogan, tetapi memerlukan kehadiran ruang ekspresi sehat bagi pemuda, baik di lingkungan sekolah maupun masyarakat.
Suasana forum menjadi hidup saat sesi tanya jawab dibuka. Seorang mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah mengangkat pertanyaan kritis mengenai bentuk konkret dukungan dari BNNK dan Polres kepada mahasiswa dan pelajar. Jawaban yang diberikan menandai keseriusan lintas lembaga: dari penguatan forum anti-narkoba hingga program mentoring rutin dari pihak kepolisian.
Pertanyaan lainnya datang dari pelajar SMA dan SMK yang mempertanyakan sikap aparat terhadap penyalahgunaan narkoba dan seks bebas di lingkungan sekolah. Jawaban yang diberikan tidak hanya normatif, melainkan reflektif—menunjukkan bahwa institusi negara hari ini bergerak lebih terbuka, komunikatif, dan solutif.
Tiga penanya terbaik diberi penghargaan simbolik, sebagai bentuk apresiasi atas keberanian dan kepedulian mereka. Namun lebih penting dari itu, forum ini menanam benih kesadaran: bahwa memerangi narkoba bukan hanya tanggung jawab lembaga, tetapi juga keputusan pribadi dan kolektif untuk tidak membiarkan generasi ini jatuh dalam kubangan kegelapan.
Kegiatan berjalan tertib dan sarat antusiasme. Di balik podium dan dialog, Polres Sidrap tampil sebagai institusi yang tidak sekadar hadir untuk mengatur, tapi juga mendengar, memahami, dan menumbuhkan. Di bawah arahan AKBP Dr. Fantry Taherong, institusi ini terus menjelma menjadi mitra sejati masyarakat—terutama generasi muda yang hari ini, bukan esok, harus dibekali untuk menjadi pelindung bagi dirinya sendiri dan lingkungannya.
Dengan langkah ini, Polres Sidrap tak hanya menjaga hukum, tetapi juga menegakkan harapan. (*)