JAMBI, DISKRESI.COM – Upaya pelarian yang menegangkan akhirnya tamat. Alexander Tasman (35), buronan utama dalam kasus pembunuhan sopir rental, Matnur (48), berhasil diciduk Tim Ditreskrimum Polda Jambi.
Tak ada lagi ruang untuk lari. Tak ada lagi jalan untuk sembunyi. Minggu (9/3/2025), di kawasan Pematang Sulur, Telanaipura, Kota Jambi, Tasman tak bisa mengelak.
Penangkapan pria licin ini tak semulus rencana awal. Tasman, yang sudah enam bulan berpindah-pindah, berusaha memberikan perlawanan terakhirnya. Namun, aparat tak mau ambil risiko.
Dor! Sebutir peluru bersarang di kakinya. Tamat sudah pelariannya.
“Alhamdulillah, satu tersangka lagi berhasil kita amankan. Kita terpaksa melakukan tindakan tegas terukur karena yang bersangkutan mencoba melawan saat ditangkap,” tegas Dirreskrimum Polda Jambi, Kombes Pol Manang Soebeti.
Kasus ini bermula enam bulan lalu, 9 September 2024. Matnur, sopir rental, menerima orderan dari tiga pria. Mobil Toyota Fortuner menjadi daya tarik utama.
Awalnya tampak biasa, sampai ketiganya mengubah skenario. Matnur disekap. Tangannya diikat. Lehernya dililit tali dan lakban. Nyawanya pun direnggut tanpa ampun.
Jasadnya dibuang ke Sumatera Selatan. Harapan pelaku? Menghilangkan jejak. Tapi polisi tak tinggal diam.
Perburuan Tak Kenal Lelah
Hasil kerja keras aparat mulai menampakkan hasil. Satu per satu pelaku terjaring. Heri Susanto (32), eksekutor pertama, ditangkap lebih dulu. Kini, ia sudah di kursi pesakitan Pengadilan Negeri Jambi.
Menyusul Alexander Tasman, buronan kedua yang akhirnya tumbang.
Namun, kisah ini belum usai. Satu nama masih berkeliaran. Al Iksan (36), diduga otak utama sekaligus eksekutor pembunuhan keji ini, masih bebas.
“Perannya sangat krusial. Dialah yang menggunakan tali dan lakban untuk menyekap leher korban hingga tewas,” ungkap Kombes Manang Soebeti.
Tasman kini mendekam di balik jeruji. Kakinya tertatih akibat timah panas. Nasibnya? Sama seperti Heri Susanto—menuju meja hijau.
Sementara itu, buruan terakhir masih berkeliaran. Tapi waktu terus berjalan. Polisi takkan berhenti.
Bagi Al Iksan, jam sudah berdetak. Dan untuk kejahatan, tak ada tempat bersembunyi selamanya. (*)