JAKARTA, DISKRESI.COM – Mendadak gempar. Bukan karena demo, bukan juga karena banjir. Kali ini, bau busuk menguak misteri kelam dari lantai atas sebuah rumah. Dua nyawa melayang, ibu dan anak, dalam kondisi mengenaskan.

Mereka adalah TSL (59) dan ES (35). Jasad mereka membusuk, ditemukan di dalam gentong besar yang seharusnya menampung air kehidupan, bukan kematian.

Ronny, anak TSL, gelisah. Sejak 1 Maret 2025, sang ibu tak bisa dihubungi. Hilang kontak, hilang kabar. Tetangga menyarankan untuk sabar, jangan gegabah lapor polisi. Sabar katanya, tapi nyawa tak menunggu.

Tiga hari berlalu. Masih tak ada tanda-tanda. Akhirnya, 4 Maret 2025, laporan orang hilang dilayangkan.

Sementara itu, bau busuk mulai menusuk hidung para penghuni sekitar. Ada yang bilang bau bangkai, ada yang curiga tikus mati. Tapi bau ini berbeda, menyengat, seperti menyimpan rahasia kelam.

Lalu, malam 6 Maret, keberanian Ronny membawanya ke lantai atas. Gentong besar yang biasanya jadi tempat menampung air, kini jadi saksi bisu kematian.

Ia membuka penutupnya, dan di sanalah horor terungkap. Jasad ibu dan kakaknya mengambang dalam kondisi mengenaskan.

Tak pakai lama, polisi segera dihubungi. Evakuasi jenazah dilakukan 7 Maret 2025, pukul 04.00 WIB. Proses panjang dan hati-hati, karena bau busuk sudah merasuk ke setiap sudut.

Warga yang penasaran berkumpul, sebagian menutup hidung, sebagian lagi tak sanggup berkata-kata.

Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Barat, AKBP Arfan Zulkan, angkat bicara. Dari penyelidikan awal, indikasi pembunuhan menguat. Ini bukan sekadar kecelakaan. Bukan juga bunuh diri. Ada tangan jahat yang berperan.

Siapa dalangnya? Motif apa yang melatarbelakangi tragedi ini? Polisi masih mengusut. Warga menanti, berharap misteri ini segera terungkap.

Tambora kembali bergolak, bukan karena keramaian pasar, tapi karena kisah tragis yang mengendap di gentong besar. Misteri ini belum usai.(*)